Saat ibuku
menyalakan TV di malam hari biasanya aku pun ikut ngekor di belakang ibuku
hehehe. Bukan karena aku suka dengan tontonan TV tapi tidak tahu kenapa aku
lebih suka memulai tidurku di depan TV. Sering kali aku tertidur saat menonton
TV. Saat aku tertidur sebenarnya ibuku juga tidur di situ. Kadang bapak juga.
Ibuku tidak akan tega meninggalkan aku tidur sendirian di depan TV maka saat
ibuku mau pindah ke kamar, ibu pun membangunkanku.
“ nduk
bangun, pindah ke kamar “. Suara ibuku membangunkanku. Sambil mata masih mengantuk aku pun pindah ke
kamar untuk melanjutkan tidurku. Tak lama setelah tidur maka di tengah malam
aku biasanya terbangun lagi dan untuk memulai tidur lagi sangat sulit. Maka aku
pun kembali ke depan TV dan menyalakannya lagi.
Sejujurnya niatku bukan untuk menonton TV tapi biar TV yang menontonku
dalam lelapnya tidurku hehehe. Itu kalau
aku di bangunkan terus mau pindah. Kalau tidak pindah ke kamar maka ibuku akan
tetap menemaniku tidur di depan TV. Saat tengah malam aku terbangun maka aku
pindah ke kamar dan saat ibu menyadari hal itu beliau pun ikut pindah.
Kadang aku
rindu masa – masa kecilku dulu. Kebiasaan tidur di depan TV itu menjadi
kebiasaan sejak dulu kecuali saat jauh dari rumah. Kalau jauh dari rumah, bila
aku ingin memulai tidur maka aku akan mengambil buku pelajaran dan aku letakkan
di sebelah kanan di dekat bantal. Bukan
untuk belajar tapi ya hanya sebagai penina bobok saja. Dapat sehalaman biasanya
mataku sudah terlelap begitu juga saat terbangun di malam hari.
Ada yang
berbeda memang. Kalau saat besar aku dibangunkan maka saat kecil aku dibopong
oleh bapak dipindahkan ke kamar. Itulah kegiatan setiap malam yang dilakukan
bapak ketika aku tidur di depan TV. Setelah di pindahkan ke kamar pun saat aku
terbangun maka aku pindah ke depan TV lagi.
Tak jarang
pula karena aku malas pindah ke kamar saat mata mulai mengantuk aku berpura –
pura tidur biar dipindahkan ke kamar oleh bapak. Ah aku rindu masa – masa itu.
Tidur di depan TV dan bapak memindahkanku ke kamar dengan segenap kasih
sayangnya. Tapi itu sudah tidak mungkin, ya karena aku sudah besar. Layaknya aku
sebagai putrinya yang harus berbalik membopong saat bapak sebagai baktiku
kepada beliau apalagi saat – saat senja kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar