Mas Dika kenapa begitu mudahnya kamu mengatakan “aku sebenarnya suka kamu dari dulu dik”, dan dengan mudah
pula kamu menghempaskannya. Kamu pun tak ingin tahu apakah aku juga menyukaimu.
Apakah kamu pernah berfikir bahwa aku juga menyukaimu sejak pertama kali
bertemu. Sayangnya sebelum kamu tahu semunya tentang rasaku padamu, kamu sudah
bilang lebih dulu, bahwa kamu sudah terlanjur bertunangan dengan
orang lain. Lalu untuk apa kamu memberikan harapan – harapan semu itu dan
nyatanya harapan itu berubah menjadi harapan kosong bagiku. Harapan kosong yang
setiap saat kamu dengan tiba – tiba datang melamarku. Dan nyatanya itu adalah
perasaan yang gila lebih dari kegilaannya orang gila.
Akupun menghapus nomor telepon dan kartu namanya. Mungkin dengan
cara sperti itu bisa
membantuku untuk segera melupakannya. Setidaknya walaupun aku merindukannya aku tidak lagi menganggunya. Setelah itu komunikasi di antara kami pun
terputus. Ternyata sudah sepuluh hari kami tidak ada komunikasi. Dan nyatanya
rindu itu tetap hanya aku dan Rabb ku yang tahu. Di suatu malam dalam
perjalanan dari rumah budhe tiba – tiba rindu itu menyergapku dengan sangat.
Tak terasa air mata pun sudah mengembang di pelupuk mata. Spontanitas hatiku
bergumam :
Ya Allah, Engkau yang memberi rasa ini maka akan aku kembalikan rasa ini
kepada Engkau.
Hatiku pun mulai tenang setelah menyerahkan rindu setulus hatiku pada Rabb-ku. Sesampai di
rumah aku pun merebahkan tubuh di kamar mungilku dan dengan segera menarik
selimutku…
insyaAllah…insyaAllah…insyaAllah
you’ll find your way.......
Ringtone ponselku berkali – kali berdering, dengan malas aku memegang
ponselku. Seketika itu mataku ku buka lebar-lebar memandangi layar
ponsel.
Sepertinya aku mengenal nomor itu, ternyata dari mas Dika. Pikirku
“ Bagaimana kabarnya dik? ”
“ Alhamdulillah mas, kabar baik, mas Dika sendiri bagaimana kabarnya? ”
“ Alhamdulillah, adik kapan nikah?”
“ Kalau mas Dika Tanya aku kapan nikah, lantas aku mau Tanya ke siapa?
Entahlah mas, aku jalani ajalah”.
“ Aku doakan semoga kamu segera menemukan pendamping hidupmu yang baik,
yang bisa menjagamu dan soleh”.
“ Amin.. Tumben mas malam – malam telpon, memangnya tidak sibuk atau
lembur gitu? Kirain sudah lupa sama aku mas he he he”.
“ tidak mungkin lah dik aku lupa
sama kamu. Iya ini mau berangkat ke
kota, sudah dulu ya! ”
Ya Allah rasanya
seluruh tubuh seperti baru saja di timbun dengan salju, tentram…begitu Maha
Dahsyat Engkau ya Allah. Baru beberapa menit yang lalu aku menyerahkan rasa itu
dan Engkau telah menyampaikan kepadanya. Setidaknya itu bisa mengobati rinduku selama ini.
Ach tapi aku tidak boleh terbuai lagi dengan telpon tadi. Dia telpon
entah karena rindu atau apalah, yang pastinya aku tidak ingin tahu dan tak mau
tahu lagi. Segera di daftar receive call nomornya
aku hapus. Dua hari kemudian ternyata aku berniat membeli laptop dan aku ingat
kalau dia dulu pernah menawarkan laptop kepadaku karena dia adalah salah satu
karyawan dari merk laptop ternama. Bisa saja aku membeli di lamongan atau di
Surabaya yang harganya pastinya lebih murah. Tapi aku tidak faham tentang
laptop yang bagus dengan harga terjangkau. Ya sudahlah aku coba menghubungi dia
lagi. Tapi….aku sudah tidak punya nomor telponnya. Aku coba lihat di ponsel
adikku barangkali tersimpan di sana karena aku pernah pinjam Hp adikku untuk
aku gunakan komunikasi dengan dia dan ternyata hasilnya nihil. Di ponsel
kakakku juga nihil. Satu – satunya jalan adalah dengan meminta nomor kepada
temannya yang pernah dikenalkannya kepadaku, mas Yoga.
Setelah menghubunginya dengan tujuan menanyakan hal – hal yang terkait
dengan laptop aku pun segera mengakhiri sms ku.
“Sudah dulu ya mas aku mau ke pasar dulu!” kataku mengakhiri sms kami.
“Jangan lupa siapin buat buka puasa nanti ya yang he he he …”.
Sms terakhir darinya.
Ah setiap kali dia memberikan kata – kata indah pengharapanku pun muncul
lagi dan lagi.
.................................................................000..........................................................................
Seminggu setelahnya aku datang ke Malang membeli laptop untukku dan sepupuku.
“Mas aku sudah di terminal arjosari, terus kalau mau ke sana naik apa?”
“Lho kamu jadi ke sini to dik, kok tidak bilang hari ini. Karena aku
tidak bawa mobil kamu naik len AL saja turun di jalan Bondowoso nanti aku
jemput.”
Setelah bertemu dengan mas Dika di kantornya, rasanya tidak ada yang
berubah setelah sekian tahun tidak bertemu hanya saja postur tubuhnya lebih
gagah. Dia pun melayaniku sebagai pembeli dan tentunya dengan sikap yang
sedikit berbeda, ya bisa dibilang lebih akrablah. Sesekali nada manjaku pun
keluar. Ah entahlah nada – nada itu keluar begitu saja.
“Dik setelah pulang kerja langsung kita cari makan untuk berbuka ya!
Maunya di mana?”
“Ya mas, terserah mas Dika saja. “
Sesampai di tempat makan dia pun menawarkan berbagai makanan dan aku
menyerahkan sepenuhnya kepadanya. Kami hanya berdua tetapi porsi yang dipesan
untuk jatah 4 orang. 3 porsi nasi, 3 porsi kerang rebus, saos tiram dan saus
keju ditambah 1 porsi tempe penyet.
“Mas Dika…buat apa pesan banyak – banyak, siapa yang makan nanti?”
“Kamu yang harus makan biar cepat gemuk. Ini pesan berbagai rasa biar
bisa mencicipi semuanya he he he…”
“Walah mas tidak perlu segitunya kali. Beneran tidak habis ini ntar.. kalau tidak
habis…mas Dika yang harus habisin semuanya…he he he.”
“Dik habis ini aku pulang dulu, ntar malam aku jemput di kosan kamu.”
“Sip lah…”
Selesai melaksanakan tarawih dia pun menjemputku. Senyap, hening dan
canggung ketika kami hanya berdua dalam mobil.
“Kita ke mana dik?”
“Terserah mas Dika saja. Kita ke Batu saja ya…”
“Aku penasaran sebenarnya dipuncak sana ada apa ya, kayaknya indah
banget…”, Katanya.
“Mas Dika mau ke sana?”
“Tidaklah dik, kita cuma berdua. Bisa saja terjadi hal – hal yang tidak
kita inginkan. Kita sama – sama dewasa tentu tahulah bagaiman psikis masing –
masing.Yang aku pikirkan setiap kali ada hasrat
untuk mengerjakan hal yang tidak baik adalah sewaktu-waktu Allah memangilku,
bagaimana kalau aku meninggal dalam su'ul khotimah. Aku tidak berani kalau
hanya main berdua sama kamu ke sana karena khilaf bisa saja terjadi
kapanpun. Kalau rame-rame aku siap" kata dia. Sebenarnya
kalau yang ngelakuin hal begituan yang rugi juga yang wanita dik, menanggung
semua akibatnya. Sering aku berfikir apakah nanti aku
masuk ke dalam surga atau neraka. Meninggal dalam keadaan su’ul khotimah atau
khusnul khotimah”
“Di dunia
ini ternyata masih ada laki2 yg seperti kamu mas”, Selaku
“Aku
sebenarnya tidak pernah pacaran dik. Dulu aku sempat beberapa kali trauma
dikecewakan wanita ya karena aku serius menjalani hubungan tersebut. Yang sebelumnya akan aku istikhoroi terlebih
dahulu.”
“Kecewa mas?”
“Iya dik,
bahkan sudah menghabiskan banyak pengorbanan. Segala kebutuhannya aku penuhi.”
Perbincangan pun terus berlanjut dan hanya berputar – putar dalam
kendaraan. Dalam perbincangan tanpa sadar aku menceritakan prihal orang – orang
yang ingin meminangku tapi semua aku tolak. Dengan entengnya kamu mengatakan
tidak baik lho menolak sampai beberapa kali. Oh Tuhan, dalam hati hanya bisa
bergumam:
aku tidak tahu itu baik atau tidak mas, yang pastinya selama 3 tahun
lebih ini aku sebenarnya menginginkanmu menjadi pendamping hidupku. Di saat ku
mulai menemukan seberkas cahaya terang itu ternyata sesadis itu kamu membunuh
cahaya itu. Percakapan selanjutnya kamu mendoakanku agar segera mendapat
pendamping. Aku mengamini mas, dan dalam aminku aku berdo’a semoga kamu lah
pendamping hidupku. Untuk menghibur hatiku aku hanya bisa mengatakan kepada
kamu bahwa Allah telah mengatur semuanya termasuk jodoh. Bahkan aku memberikan
contoh kisah bertemunya jodoh teman dekatku. Ku rasa dengan mengatakan itu akan
mengurangi beban pikiran. Aku tidak tahu apakah itu hanya keluar dari mulutku
atau dari lubuk hatiku.
Hemmm (ku tarik nafas panjang). Oh Robbi entah sampai kapan aku
memikirkan mas Dika. Mas kenapa kamu tidak menghubungiku lagi bahkan ucapan
hari raya idul fitri pun tidak kamu balas. Sampai H +4 lebaran ini aku masih
menunggumu berkunjung ke rumahku. Kamu bilang akan ke rumah setelah lebaran
kenapa tak ada kabar apapun darimu mas. Kalau memang kamu batalkan kenapa tidak
bilang. Aku hanya ingin membantumu mas, kalau mas Dika sukses aku juga senang.
Aku tidak tahu apakah mas Dika sekarang lagi sibuk atau sedang bimbang.
Percayalah mas, walaupun aku masih berharap aku berjodoh denganmu tapi kali ini
niatku tulus ingin membantumu walaupun pada akhirnya mas Dika akan bersanding
dengan wanita lain.
Andaikan mas Dika tahu, saat ini aku benar – benar kangen sama kamu mas.
Entah sampai kapan rindu ini akan aku simpan. Entah sampai kapan perasaan suka
sejak 3 tahun yang lalu ini tetap tersimpan rapi di lubuk hati aku. Sayangnya
aku tidak bias mengatakan ini kepadamu mas. Aku takut akan mengganggu hubungan
mas Dika dengannya. Dulu perasaan ini mungkin hanya suka yang kadar
prosentasinya kecil tapi setelah mas Dika memberikan harapan dan ungkapan suka
mas Dika ke aku 3 bulan yang lalu, telah membuatku terbang dengan sayap yang
sangat tangguh. Betapa bahagianya aku melayang ke sana kemari seakan ingin
mengumumkan pada seisi dunia bahwa jodohku telah tiba dan ternyata dia adalah
orang yang aku suka dari dulu. Sebentar lagi calon imamku akan menjemputku.
Aku sudah tidak tahu lagi kapan perasaan ini akan aku simpan. Rasanya
sakit sekali ketika aku merindu dan mencintaimu. Aku berfikir berhari – hari
dan aku putuskan untuk sms ke mas Dika:
“Tiga tahun lebih bukan waktu yang sedikit aku menyimpan rasa untuk mas Dika.
Saat setitik cahaya itu hadir, benar – benar membangunkanku bahwa rasaku tidak
sia – sia. Saat aku mendekati puncak yang tertinggi bersama mas Dika, aku ingin
bercerita bahwa aku telah menghabiskan waktu yang begitu lama untuk mencapai
tempat yang kita pijak saat ini. Belum sempat aku menceritakan, aku telah
terperosok ke dalam jurang yang sangat dalam. Aku ingin keluar dari jurang itu,
tapi kakiku lemah. Aku berusaha berdiri tapi terjatuh lagi dan lagi. Dalam
sehari tujuh kali aku mencoba berdiri bak setegar karang, tapi jatuh lagi, aku
mencoba lagi. Kadang dalam kelemahan dan pasrahku berharap sebuah keajaiban.
Mas Dika datang menghampiriku dan membawaku ke puncak tertinggi. Aku mencoba
mengikhlaskan harapan itu, menerima segala ketentuan Rabb-ku tapi hatiku masih
saja selalu menawarkan harapan itu pada Rabb-ku. Aku pernah mendengar bahwa
agama menuntunku agar hanya Rabb-ku yang tahu akan rasa dan resahku tapi sampai
kapan rasa ini akan tertinggal. Aku tidak tahu apakah ini aib atau usaha
bangkit dari keterpurukan. Mungkin ini adalah keegoisanku tapi AKU HARUS
BAGAIMANA? Bisa jadi ini adalah akhir dari rasaku atau permulaan dari hubungan
kita. Aku mungkin hanya masa lalu bagi mas Dika tapi bagiku tetap seperti masa
depanku. Walaupun sejatinya aku tidak pernah tahu apakah di puncak sana mas Dika
masih menungguku atau melupakanku begitu saja. Istikhorohku tak mencapai titik
temu tapi saat aku bersama mas Dika malam itu aku sungguh yakin bahwa aku ingin
menyempurnakan din-ku bersama mas Dika. Menjadi imamku dan panutan bagi anak –
anakku dalam ridlo-Nya. Tapi nyatanya ini hanya sebuah harapanku atau mungkin
hanya sebuah mimpi kosongku. Karena di sana masih ada saudariku yang mungkin
lebih membutuhkan mas Dika.”
"Mohon maaf mas, pada akhirnya aku harus mengatakannya tanpa peduli
apakah ini akan menambah beban pikiran mas Dika atau tidak. Sekali lagi mohon
maaf dan makasih."
...........................................................000....................................................................................
Ingin aku memjamkan mata lebih awal agar esok saat menghadiri seminar
bisnis online di Surabaya besok lancar dan fresh karena berangkatnya early morning saat ayam mulai berkokok mungkin…semakin aku mencoba
memejamkan mata, ingatanku kepadamu kian lekat…
oh mas Dika…kenapa aku segila ini merindumu…mengapa aku mengulangi
kehidupan gila ini. Rasanya aku benar – benar tidak bisa menahan lagi rasa ini.
Hatiku yang kondisinya mulai lebih baik, terkadang masih berhayal bahwa
minggu ini tiba-tiba mas Dika memberikan surprise dengan datang ke rumahku. Ah
itu kan hanya hayalku. Saatnya aku berbenah diri untuk berangkat ke Surabaya
bersama temanku naik kereta. Sesampai ditempat seminar masih sangat sepi bahkan
mall nya masih tutup. Sambil duduk santai dengan temanku. Tiba – tiba ada sms masuk dari nomor 0858xxxxxxxx.
“Mas Dika udah nikah dan udah punya anak, cowok umur 1 th”, Isi
sms dari nomor yang tidak aku kenali.
“Maaf ini siapa?”
“Ini bundanya Raka
alias istrinya mas Dika. Salam kenal ya mas / mbak”.
“Ini maksudnya Dika siapa ya? Terus kenapa sms ke saya tentang hal ini?”
Aku pun mengirim sms ku ke mas Dika, ke nomor yang
biasanya dibuat komunikasi denganku.
“Mas ada yang sms aku barusan, dia ngaku kalau dia istrinya mas Dika.
Tapi aku lebih percaya mas Dika
ketimbang sms tadi”
Tiba-tiba ada sms masuk dari nomor 085790xxxxxx.
“Ini bundanya Raka alias istrinya mas Dika. Salam kenal ya mas / mbak”
Dia sms pakai no.im3 nya mas Dika juga. Ah entahlah dia siapa. Life must
go on …
“Ya salam kenal juga mb…kenapa mb.nya ngasih info ini ke no.q?”
“Kan no ini pernah Tanya kalau mas Dika nikah jangan lupa kasih undangan
k mas / mbak. Undangannya udah lewat. He he he. Maaf ya kalau mas Dika lupa ngasih
undangan ke mas / mbak. Kapan – kapan main ke sini ya…”
“He he he kok baru dib alas sekarang…aneh aja…sebelum hari raya aku
ketemu mas Dika, tapi g menunjukkan sama sekali kalau dia sudah berkeluarga… ke
tempat kerjanya juga.”
“Mas Dika emang jarang balas sms, kecuali kalau lg g sibuk. Malah aku
yang biasanya kasih tau kalau ada sms dari usernya.”
“Udah nikah berapa lama mb?”
“Udah 2 tahun”, balasnya.
“Dia bilang ke aku, sekitar 2 bulan yang lalu kalau dia terlanjur
tunangan sama seseorang yang dikenalkan sama ustadznya dan sering bertengkar.
Kalau mau balas di atas jam 12
mb ya cos aku ada workshop sekarang. Makasih”.
Aku pun sms ke mas Yoga. Dia adalah
temannya mas Dika yang pernah dikenalkan dengan aku dulu.
“Mas Yoga maaf
mengganggu. Aku tadi pagi di sms seseorang yang ngaku kalau dia istrinya mas Dika dan udah punya 1
anak. Aku g tau kenapa dia sms aku seperti itu. Aku mau nanya… bener mas Dika
dah nikah?”
“Iya, sudah. Emang Dika gk bilang ke kamu?”, Jawabnya.
“Nggak mas. Makasih mas Yoga”.
Aku pun mengirim sms ke istrinya:
“Ya mb aku percaya. Maaf ya kalo saya ada kesalahan dengan mb ataupun
dengan mas Dika. Semoga sakinah, mawaddah warahmah”.
Setelah itu aku mengimkan sms ke mas Dika:
“Mas, aku percaya kalau mas Dika sudah nikah cos aku dikasih tau mas Yoga. Maaf ya kalau selama kesalahan . walaupun sempat nggak percaya kalau
mas Dika tega mempermainkan aku, tapi ya berlapang dada itu lebih membahagiakan
ketimbang mencaci dan membenci.”
“O ya mas Dika, aku nggak cerita apapun ke mas Yoga mengenai mas Dika.
Aku Cuma Tanya mas Dika sudah nikah apa belum. Itu aja. So semuanya baik – baik
saja. Kalau respon istrinya mas Dika aku nggak tahu gimana, soalnya aku sempat
bilang kalau mas Dika terlanjur tunangan dan sering bertengkar. Aku memang
kecewa mas tapi aku lebih merasa berdosa karena mengusik kehidupan kalian. Jadi
mohon maaf. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk mas Dika dan keluarga.
Salam santun dari tantenya Raka. ^_^ “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar